WALIMATUL URUS
.............................................................................................
10 DISEMBER 2009
(KHAMIS)
KENDURI KAHWIN ANAK YAH DAN SAID
...........................................................................................................................................
12 DISEMBER 2009
(SABTU)
KENDURI KAHWIN
ZAHARAH BINTI ZAINAL ABIDIN (ISTERI ALLAHYARHAM GHAZALI)
Menjemput semua ahli kerabat, kenalan, jiran dan sahabat handai ke rumah beliau di Pekan Naka sempena perkahwinan anak lelakinya. Memohon maaf kerana ketidak upayaannya menjemput.
'Ya Allah, kami memohon restuMU, berkatilah majlis ini. Limpahkanlah berkat dan rahmat ke atas pasangan ini. Jadikanlah rumahtangga mereka aman dan bahagia dalam ketaatan terhadapMu. Kurniakanlah kepada mereka zuriat yang soleh dan solehah. Satukanlah mempelai ini sepertimana Engkau satukan Adam dan Hawa, Siti Zulaikha dengan Yusuf dan Khadijah dengan Muhammad SAW. Semoga mereka bekekalan hingga ke akhir hayat.
-- Amin Ys Rabbal Alamin --
Rabu, 9 Disember 2009
KENDURI KAHWIN
Isnin, 7 Disember 2009
Tatacara Menyembelih Hewan Qurban
Penulis : Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Afifuddin
Berikut ini akan disebutkan beberapa hukum dan adab seputar penyembelihan hewan, baik itu qurban ataupun yang lain.
1. Hewan sembelihan dinyatakan sah dan halal dimakan bila terpenuhi syarat-syarat berikut:
a. Membaca basmalah tatkala hendak menyembelih hewan. Dan ini merupakan syarat yang tidak bisa gugur baik karena sengaja, lupa, ataupun jahil (tidak tahu). Bila dia sengaja atau lupa atau tidak tahu sehingga tidak membaca basmalah ketika menyembelih, maka dianggap tidak sah dan hewan tersebut haram dimakan. Ini adalah pendapat yang rajih dari perbedaan pendapat yang ada. Dasarnya adalah keumuman firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَلاَ تَأْكُلُوْا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ“
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.” (Al-An’am: 121)
Syarat ini juga berlaku pada penyembelihan hewan qurban. Dasarnya adalah hadits Anas radhiyallahu ‘anhu riwayat Al-Bukhari (no. 5565) dan Muslim (no. 1966), bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berqurban dengan dua kambing kibasy yang berwarna putih bercampur hitam lagi bertanduk:
وَيُسَمِّي وَيُكَبِّرُ“
Beliau membaca basmalah dan bertakbir.”
b. Yang menyembelih adalah orang yang berakal. Adapun orang gila tidak sah sembelihannya walaupun membaca basmalah, sebab tidak ada niat dan kehendak pada dirinya, dan dia termasuk yang diangkat pena takdir darinya.c. Yang menyembelih harus muslim atau ahli kitab (Yahudi atau Nasrani). Untuk muslim, permasalahannya sudah jelas. Adapun ahli kitab, dasarnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَطَعَامُ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ“
Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-Kitab itu halal bagimu.” (Al-Ma`idah: 5)Dan yang dimaksud ‘makanan’ ahli kitab dalam ayat ini adalah sembelihan mereka, sebagaimana penafsiran sebagian salaf.Pendapat yang rajih menurut mayoritas ulama, sembelihan ahli kitab dipersyaratkan harus sesuai dengan tata cara Islam.Sebagian ulama menyatakan, terkhusus hewan qurban, tidak boleh disembelih oleh ahli kitab atau diwakilkan kepada ahli kitab. Sebab qurban adalah amalan ibadah untuk taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak sah kecuali dilakukan oleh seorang muslim. Wallahu a’lam.d. Terpancarnya darahDan ini akan terwujud dengan dua ketentuan:1. Alatnya tajam, terbuat dari besi atau batu tajam. Tidak boleh dari kuku, tulang, atau gigi. Disyariatkan untuk mengasahnya terlebih dahulu sebelum menyembelih. Diriwayatkan dari Rafi’ bin Khadij radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَا أَنْهَرَ الدَّمَ وَذُكِرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ فَكُلْ، لَيْسَ السِّنَّ وَالظُّفْرَ، أَمَّا السِّنُّ فَعَظْمٌ وَأَمَّا الظُّفْرُ فَمُدَى الْحَبَشَةِ“
Segala sesuatu yang memancarkan darah dan disebut nama Allah padanya maka makanlah. Tidak boleh dari gigi dan kuku. Adapun gigi, itu adalah tulang. Adapun kuku adalah pisau (alat menyembelih) orang Habasyah.” (HR. Al-Bukhari no. 5498 dan Muslim no. 1968)Juga perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika hendak menyembelih hewan qurban:
يَا عَائِشَةُ، هَلُمِّي الْمُدْيَةَ. ثُمَّ قَالَ: اشْحَذِيْهَا بِحَجَرٍ
“Wahai ‘Aisyah, ambilkanlah alat sembelih.” Kemudian beliau berkata lagi: “Asahlah alat itu dengan batu.” (HR. Muslim no. 1967)
2. Dengan memutus al-wadjan, yaitu dua urat tebal yang meliputi tenggorokan. Inilah persyaratan dan batas minimal yang harus disembelih menurut pendapat yang rajih. Sebab, dengan terputusnya kedua urat tersebut, darah akan terpancar deras dan mempercepat kematian hewan tersebut.
Faedah Pada bagian leher hewan ada 4 hal:
1-2. Al-Wadjan, yaitu dua urat tebal yang meliputi tenggorokan
3. Al-Hulqum iaitu tempat pernafasan.
4. Al-Mari`, yaitu tempat makanan dan minuman.
Rincian hukumnya terkait dengan penyembelihan adalah:
- Bila terputus semua maka itu lebih afdhal.
- Bila terputus al-wadjan dan al-hulqum maka sah.
- Bila terputus al-wadjan dan al-mari` maka sah.
- Bila terputus al-wadjan saja maka sah.
- Bila terputus al-hulqum dan al-mari`, terjadi perbedaan pendapat. Yang rajih adalah tidak sah.
- Bila terputus al-hulqum saja maka tidak sah.
- Bila terputus al-mari` saja maka tidak sah.
- Bila terputus salah satu dari al-wadjan saja, maka tidak sah. (Syarh Bulugh, 6/52-53)
II. Merebahkan hewan tersebut dan meletakkan kaki pada rusuk lehernya, agar hewan tersebut tidak meronta hebat dan juga lebih menenangkannya, serta mempermudah penyembelihan.Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, tentang tata cara penyembelihan yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلىَ صِفَاحِهِمَا“
Dan beliau meletakkan kakinya pada rusuk kedua kambing tersebut.” (HR. Al-Bukhari no. 5565 dan Muslim no. 1966)
Juga hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha:
فَأَضْجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ“
Lalu beliau rebahkan kambing tersebut kemudian menyembelihnya.”
III. Disunnahkan bertakbir ketika hendak menyembelih qurban, sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas radhiyallahu ‘anhu di atas, dan diucapkan setelah basmalah.
IV. Bila dia mengucapkan:
بِسْمِكَ اللَّهُمَّ أَذْبَحُ“
Dengan nama-Mu ya Allah, aku menyembelih”, maka sah, karena sama dengan basmalah.
V. Bila dia menyebut nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala selain Allah, maka hukumnya dirinci.
a. Bila nama tersebut khusus bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak boleh untuk makhluk, seperti Ar-Rahman, Al-Hayyul Qayyum, Al-Khaliq, Ar-Razzaq, maka sah.
b. Bila nama tersebut juga bisa dipakai oleh makhluk, seperti Al-‘Aziz, Ar-Rahim, Ar-Ra`uf, maka tidak sah.
VI. Tidak disyariatkan bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyembelih, sebab tidak ada perintah dan contohnya dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabatnya. (Asy-Syarhul Mumti’, 3/408)
VII. Berwudhu sebelum menyembelih qurban adalah kebid’ahan, sebab tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan salaf.Namun bila hal tersebut terjadi, maka sembelihannya sah dan halal dimakan, selama terpenuhi ketentuan-ketentuan di atas.
VIII. Diperbolehkan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar sembelihannya diterima oleh-Nya. Sebagaimana tindakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berdoa:
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ“
Ya Allah, terimalah (sembelihan ini) dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan umat Muhammad.” (HR. Muslim no. 1967, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)
IX. Tidak diperbolehkan melafadzkan niat, sebab tempatnya di dalam hati menurut kesepakatan ulama. Namun dia boleh mengucapkan:
اللَّهُمَّ هَذَا عَنْ فُلاَنِ“
Ya Allah, sembelihan ini dari Fulan.”Dan ucapan tersebut tidak termasuk melafadzkan niat.
X. Yang afdhal adalah men-dzabh (menyembelih) sapi dan kambing. Adapun unta maka yang afdhal adalah dengan nahr, yaitu disembelih dalam keadaan berdiri dan terikat tangan unta yang sebelah kiri, lalu ditusuk di bagian wahdah antara pangkal leher dan dada.Diriwayatkan dari Ziyad bin Jubair, dia berkata: Saya pernah melihat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mendatangi seseorang yang menambatkan untanya untuk disembelih dalam keadaan menderum. Beliau radhiyallahu ‘anhuma berkata:
ابْعَثْهَا قِيَامًا مُقَيَّدَةً، سُنَّةُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ“
Bangkitkan untamu dalam keadaan berdiri dan terikat, (ini) adalah Sunnah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Al-Bukhari no. 1713 dan Muslim no. 1320/358)Bila terjadi sebaliknya, yakni me-nahr kambing dan sapi serta men-dzabh unta, maka sah dan halal dimakan menurut pendapat jumhur. Sebab tidak keluar dari tempat penyembelihannya.
XI. Tidak disyaratkan menghadapkan hewan ke kiblat, sebab haditsnya mengandung kelemahan.Dalam sanadnya ada perawi yang bernama Abu ‘Ayyasy Al-Mu’afiri, dia majhul. Haditsnya diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2795) dan Ibnu Majah (no. 3121).
XII. Termasuk kebid’ahan adalah melumuri jidat dengan darah hewan qurban setelah selesai penyembelihan, karena tidak ada contohnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para salaf. (Fatwa Al-Lajnah, 11/432-433, no. fatwa 6667)
Hukum-hukum Seputar QurbanBerikut ini akan disebutkan beberapa hukum secara umum yang terkait dengan hewan qurban, untuk melengkapi pembahasan sebelumnya:1) Menurut pendapat yang rajih, hewan qurban dinyatakan resmi (ta’yin) sebagai أُضْحِيَّةٌ dengan dua hal:a. dengan ucapan:
هَذِهِ أُضْحِيَّةٌ
(Hewan ini adalah hewan qurban)b. dengan tindakan, dan ini dengan dua cara:
1. Taqlid yaitu diikatnya sandal/sepatu hewan, potongan-potongan qirbah (tempat air yang menggantung), pakaian lusuh dan yang semisalnya pada leher hewan. Ini berlaku untuk unta, sapi dan kambing.
2. Isy’ar yaitu disobeknya punuk unta/sapi sehingga darahnya mengalir pada rambutnya. Ini hanya berlaku untuk unta dan sapi saja.Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:
فَتَلْتُ قَلاَئِدَ بُدْنِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدَيَّ ثُمَّ أَشْعَرَهَا وَقَلَّدَهَا“
Aku memintal ikatan-ikatan unta-unta Rasulullah dengan kedua tanganku. Lalu beliau isy’ar dan men-taqlid-nya.” (HR. Al-Bukhari no. 1699 dan Muslim no. 1321/362)Kedua tindakan ini khusus pada hewan hadyu, sedangkan qurban cukup dengan ucapan. Adapun semata-mata membelinya atau hanya meniatkan tanpa adanya lafadz, maka belum dinyatakan (ta’yin) sebagai hewan qurban. Berikut ini akan disebutkan beberapa hukum bila hewan tersebut telah di-ta’yin sebagai hewan qurban:2) Diperbolehkan menunggangi hewan tersebut bila diperlukan atau tanpa keperluan, selama tidak memudaratkannya.Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seseorang menuntun unta (qurban/hadyu) maka beliau bersabda:
ارْكَبْهَا“
Tunggangi unta itu.” (HR. Al-Bukhari no. 1689 dan Muslim no. 1322/3717)Juga datang dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu (Al-Bukhari no. 1690 dan Muslim no. 1323) dan Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma (HR. Muslim no. 1324). Lafadz hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu sebagai berikut:
ارْكَبْهَا بِالْمَعْرُوْفِ إِذَا أُلْجِئْتَ إِلَيْهَا حَتَّى تَجِدَ ظَهْرًا“
Naikilah unta itu dengan cara yang baik bila engkau membutuhkannya hingga engkau mendapatkan tunggangan (lain).”3) Diperbolehkan mengambil kemanfaatan dari hewan tersebut sebelum/setelah disembelih selain menungganginya, seperti:a. mencukur bulu hewan tersebut, bila hal tersebut lebih bermanfaat bagi sang hewan. Misal: bulunya terlalu tebal atau di badannya ada luka.b. Meminum susunya, dengan ketentuan tidak memudaratkan hewan tersebut dan susu itu kelebihan dari kebutuhan anak sang hewan.c. Memanfaatkan segala sesuatu yang ada di badan sang hewan, seperti tali kekang dan pelana.d. Memanfaatkan kulitnya untuk alas duduk atau alas shalat setelah disamak.Dan berbagai sisi kemanfaatan yang lainnya. Dasarnya adalah keumuman firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ لَكُمْ فِيْهَا خَيْرٌ“
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya.” (Al-Hajj: 36)4) Tidak diperbolehkan menjual hewan tersebut atau menghibahkannya kecuali bila ingin menggantinya dengan hewan yang lebih baik. Begitu pula tidak boleh menyedekahkannya kecuali setelah disembelih pada waktunya, lalu menyedekahkan dagingnya.5) Tidak diperbolehkan menjual kulit hewan tersebut atau apapun yang ada padanya, namun untuk dishadaqahkan atau dimanfaatkan.6) Tidak diperbolehkan memberikan upah dari hewan tersebut apapun bentuknya kepada tukang sembelih. Namun bila diberi dalam bentuk uang atau sebagian dari hewan tersebut sebagai shadaqah atau hadiah bukan sebagai upah, maka diperbolehkan.Dalil dari beberapa perkara di atas adalah hadits Ali bin Abi Tahlib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
أَمَرَنِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُوْمَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أُقَسِّمَ لُحُوْمَهَا وَجُلُوْدَهَا وَجِلاَلَهَا عَلَى الْمَسَاكِيْنِ وَلاَ أُعْطِي فِي جَزَارَتِهَا شَيْئًا مِنْهَا“
Nabi memerintahkan aku untuk menangani (penyembelihan) unta-untanya, membagikan dagingnya, kulit, dan perangkatnya kepada orang-orang miskin dan tidak memberikan sesuatu pun darinya sebagai (upah) penyembelihannya.” (HR. Al-Bukhari no. 1717 dan 1317)
7) Bila terjadi cacat pada hewan tersebut setelah di-ta’yin (diresmikan sebagai hewan qurban) maka dirinci:- Bila cacatnya membuat hewan tersebut tidak sah, maka disembelih sebagai shadaqah bukan sebagai qurban yang syar’i.- Bila cacatnya ringan maka tidak ada masalah.- Bila cacatnya terjadi akibat (perbuatan) sang pemilik maka dia harus mengganti yang semisal atau yang lebih baik- Bila cacatnya bukan karena kesalahan sang pemilik, maka tidak ada kewajiban mengganti, sebab hukum asal berqurban adalah sunnah.
8) Bila hewan tersebut hilang atau lari dan tidak ditemukan, atau dicuri, maka tidak ada kewajiban apa-apa atas sang pemilik. Kecuali bila hal itu terjadi karena kesalahannya maka dia harus menggantinya.
9) Bila hewan yang lari atau yang hilang tersebut ditemukan, padahal sang pemilik sudah membeli gantinya dan menyembelihnya, maka cukup bagi dia hewan ganti tersebut sebagi qurban. Sedangkan hewan yang ketemu tersebut tidak boleh dijual namun disembelih, sebab hewan tersebut telah di-ta’yin.10) Bila hewan tersebut mengandung janin, maka cukup bagi dia menyembelih ibunya untuk menghalalkannya dan janinnya. Namun bila hewan tersebut telah melahirkan sebelum disembelih, maka dia sembelih ibu dan janinnya sebagai qurban. Dalilnya adalah hadits:
ذَكَاةُ الْجَنِيْنِ ذَكَاةُ أُمِّهِ“
Sembelihan janin (cukup) dengan sembelihan ibunya.”Hadits ini datang dari banyak sahabat, lihat perinciannya dalam Irwa`ul Ghalil (8/172, no. 2539) dan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu menshahihkannya.11) Adapun bila hewan tersebut belum di-ta’yin maka diperbolehkan baginya untuk menjualnya, menghibahkannya, menyedekahkannya, atau menyembelihnya untuk diambil daging dan lainnya, layaknya hewan biasa.Wallahu a’lam bish-shawab.
Hukum-hukum dan Adab-adab Yang Terkait dengan Orang yang Berqurban1. Syariat berqurban adalah umum, mencakup lelaki, wanita, yang telah berkeluarga, lajang dari kalangan kaum muslimin, karena dalil-dalil yang ada adalah umum.2. Diperbolehkan berqurban dari harta anak yatim bila secara kebiasaan mereka menghendakinya. Artinya, bila tidak disembelihkan qurban, mereka akan bersedih tidak bisa makan daging qurban sebagaimana anak-anak sebayanya. (Asy-Syarhul Mumti’, 3/427)3. Diperbolehkan bagi seseorang berhutang untuk berqurban bila dia mampu untuk membayarnya. Sebab berqurban adalah sunnah dan upaya menghidupkan syi’ar Islam. (Syarh Bulugh, 6/84, bagian catatan kaki)Al-Lajnah Ad-Da`imah juga mempunyai fatwa tentang diperbolehkannya menyembelih qurban walaupun belum dibayar harganya. (Fatawa Al-Lajnah, 11/411 no. fatwa 11698)4. Dipersyaratkan hewan tersebut adalah miliknya dengan cara membeli atau yang lainnya. Adapun bila hewan tersebut hasil curian atau ghashab lalu dia sembelih sebagai qurbannya, maka tidak sah.
إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إلاَّ طَيِّبًا“
Sesungguhnya Allah itu Dzat yang baik tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim no. 1015 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)Begitu pula bila dia menyembelih hewan orang lain untuk dirinya, seperti hewan gadaian, maka tidak sah.5. Bila dia mati setelah men-ta’yin hewan qurbannya, maka hewan tersebut tidak boleh dijual untuk menutupi hutangnya. Namun hewan tersebut tetap disembelih oleh ahli warisnya.6. Disunnahkan baginya untuk menyembelih qurban dengan tangannya sendiri dan diperbolehkan bagi dia untuk mewakilkannya. Keduanya pernah dikerjakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana hadits:
ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ“
Rasulullah menyembelih kedua (kambing tersebut) dengan tangannya.” (HR. Al-Bukhari no. 5565 dan Muslim no. 1966)Juga hadits ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang telah lewat, di mana beliau diperintah oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menangani unta-untanya.7. Disyariatkan bagi orang yang berqurban bila telah masuk bulan Dzulhijjah untuk tidak mengambil rambut dan kukunya hingga hewan qurbannya disembelih.Diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ“
Apabila telah masuk 10 hari pertama (Dzulhijjah) dan salah seorang kalian hendak berqurban, maka janganlah dia mengambil rambut dan kukunya sedikitpun hingga dia menyembelih qurbannya.” (HR. Muslim no. 1977)Dalam lafadz lain:وَلاَ بَشَرَتِهِ“Tidak pula kulitnya.”Larangan dalam hadits ini ditujukan kepada pihak yang berqurban, bukan pada hewannya. Sebab mengambil bulu hewan tersebut untuk kemanfaatannya diperbolehkan sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya.Juga, dhamir (kata ganti) هِ pada hadits di atas kembali kepada orang yang hendak berqurban. Larangan dalam hadits ini ditujukan khusus untuk orang yang berqurban. Adapun keluarganya atau pihak yang disertakan, tidak mengapa mengambil kulit, rambut dan kukunya. Sebab, yang disebut dalam hadits ini adalah yang berqurban saja.- Bila dia mengambil kulit, kuku, atau rambutnya sebelum hewannya disembelih, maka qurbannya sah, namun berdosa bila dia lakukan dengan sengaja. Tetapi bila dia lupa atau tidak sengaja maka tidak mengapa.- Bila dia baru mampu berqurban di pertengahan 10 hari pertama Dzulhijjah, maka keharaman ini berlaku saat dia niat dan ta’yin qurbannya.- Orang yang mewakili penyembelihan hewan qurban orang lain, tidak terkena larangan di atas.- Larangan di atas dikecualikan bila terjadi sesuatu yang mengharuskan dia mengambil kulit, kuku, atau rambutnya.Wallahu a’lam bish-shawab.8. Disyariatkan untuk memakan sebagian dari hewan qurban tersebut. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَكُلُوا مِنْهَا“
Maka makanlah sebagian darinya.” (Al-Hajj: 28)Juga tindakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memakan sebagian dari hewan qurbannya.
9. Diperbolehkan menyimpan daging qurban tersebut walau lebih dari tiga hari. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ ادِّخَارِ لُحُوْمِ اْلأَضَاحِي فَوْقَ ثَلاَثٍ، فَأَمْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ“
Dahulu aku melarang kalian menyimpan daging qurban lebih dari 3 hari. (Sekarang) tahanlah (simpanlah) semau kalian.” (HR. Muslim no. 1977 dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu)
10. Disyariatkan untuk menyedekahkan sebagian dari hewan tersebut kepada fakir miskin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيْرَ“
Berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (Al-Hajj: 28)Juga firman-Nya:وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ
“
Beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.” (Al-Hajj: 36)Yang dimaksud dengan
الْبَائِسَ الْفَقِيْرَ
adalah orang faqir yang menjaga kehormatan dirinya tidak mengemis padahal dia sangat butuh. Demikian penjelasan Ikrimah dan Mujahid.Adapun yang dimaksud dengan
الْقَانِعَ
adalah orang yang meminta-minta daging qurban. Sedangkan
الْمُعْتَرَّ
adalah orang yang tidak meminta-minta daging, namun dia mengharapkannya. Demikian penjelasan Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullahu.
11. Diperbolehkan memberikan sebagian dagingnya kepada orang kaya sebagai hadiah untuk menumbuhkan rasa kasih sayang di kalangan muslimin.
12. Diperbolehkan memberikan sebagian dagingnya kepada orang kafir sebagai hadiah dan upaya melembutkan hati. Sebab qurban adalah seperti shadaqah sunnah yang dapat diberikan kepada orang kafir. Adapun shadaqah wajib seperti zakat, maka tidak boleh diberikan kepada orang kafir.Dan yang dimaksud dengan kafir disini adalah selain kafir harbi. Al-Lajnah Ad-Da`imah mengeluarkan fatwa tentang hal ini (11/424-425, no. 1997).
13. Diperbolehkan membagikan daging qurban dalam keadaan mentah ataupun masak. Diperbolehkan pula mematahkan tulang hewan tersebut.Demikian beberapa hukum dan adab terkait dengan qurban yang dapat dipaparkan pada lembar majalah ini, semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam bish-shawab
PENGERTIAN & HUKUM IBADAH QURBAN
Qurban atau Udhiah bermaksud menyembelih haiwan yang tertentu jenisnya daripada ternakan yang dikategorikan sebagai al-an'am iaitu unta, lembu (termasuk kerbau), biri-biri dan kambing pada Hari Nahr atau Hari Raya Haji (10 Zulhijjah) dan pada hari-hari Tasyrik (11,12 dan 13 Zulhijjah) kerana bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.
HUKUM MELAKUKAN IBADAH QURBAN
Imam Syafie berpendapat hukum melakukan ibadah qurban ini adalah sunat Muakkadah iaitu sunah yang amat digalakkan atau dituntut ke atas setiap individu Muslim yang merdeka, berakal, baligh lagi rasyid serta berkemampuan melakukannya sama ada sedang mengerjakan haji ataupun tidak sekurang-kurangnya sekali seumur hidup.
Makruh meninggalkan ibadah ini bagi orang yang mampu melakukannya.
Hukum qurban ini menjadikan wajib jika seseorang itu telah bernazar untuk melakukannnya atau telah membuat penentuan (at-ta'yin) untuk melaksanakannya seperti seseorang berkata "lembu ini aku jadikan qurban". Jika tidak dilakukan dalam keadaan ini maka hukumnya adalah haram.
Daging qurban wajib tidak dibenarkan untuk dimakan oleh yang empunya qurban dan tanggungannya.
DALIL PENSYARIATAN & FADHILAT QURBAN
Firman Allah S.W.T dalam surah Al-Kautsar ayat 2 : Maksudnya :
FADHILAT IBADAH QURBAN
Fadhilat yang diperolehi daripada ibadah korban ini amat besar antaranya:
Menambah amal kebajikan. Sabda Rasullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam:Maksudnya:
Sebagai penebus dosa Sabda Rasullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Sayyidatina Fatimah:Maksudnya:
Mendapat tempat yang mulia di sisi Allah.Sabda Rasullah Sallahahu 'Alaihi Wasallam: Maksudnya:
Rasullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda: Maksudnya :
Ancaman terhadap orang yang mampu melakukan qurban tetapi tidak melaksanakannya. Daripada Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu katanya, sabda Nabi Sallallahu 'Alaihi Wasallam:Maksudnya:
HIKMAH BERQURBAN
1. Memperingati peristiwa ketaatan Nabi Ibarahim Alaihissalam yang sangup menyahut perintah Allah Ta'ala untuk mengorbankan anaknya Nabi Ismail Alaihissalam.
2 . Melahirkan tanda bersyukur kepada Allah terhadap nikmat-nikmatnya yan melimpah-ruah.
3. Menanamkan perasaan kasih-sayang antara si kaya dengan si miskin.
KEPADA SIAPA IBADAH QURBAN DISUNATKAN
Menurut Mazhab Syafie, ibadah disunatkan kepada mereka yang mempunyai harta yang melebihi keperluan darinya dan tanggungannya pada Hari Raya Aidil Adha dan hari-hari Tasriq (11,12 dan 13 Zulhijjah) termasuklah orang yang sedang mengerjakan haji. Manakala kanak-kanak tidak disunatkan melakukan ibadah qurban.
SYARAT SAH QURBAN
1. Haiwan yang hendak diqurbankan itu hendaklah dalam keadaan sempurna tanpa ada kecacatan yang nyata tanpa ada kecacatan yang nyata dan mengurangkan daging atau memudaratkan kesihatan.
2. Ianya dilakukan pada waktu yang dikhususkan untuk menjalankan ibadah qurban.
3. Ibadah qurban hendaklah disertakan dengan niat.
JENIS HAIWAN YANG BOLEH DIJADIKAN QURBAN
Ulama' bersepakat bahawa binatang yang boleh dijadikan qurban hanyalah binatang yang diketegorikan sebagai al-an'am iaitu unta, lembu (termasuk kerbau), kambing dan biri-biri sama ada jantan atau betina.
UMUR BINATANG QURBAN
* Unta - berumur 5 tahun masuk ke 6 tahun.
* Lembu/kerbau/kambing - 2 tahun masuk ke 3 tahun.
* Biri-biri/kibas - Setahun masuk kedua atau sudah bersalin gigi hadapan walaupun belum cukup setahun tetapi melebihi 6 bulan.
KECACATAN YANG MENGHALANG SAHNYA QURBAN
Hendaklah ia sejahtera daripada sebarang kecacatan seperti tiada telinga atau terpotong ekor, gila, kudung, sangat kurus, buta dan sebagainya.
Ada 4 kecacatan utama yang telah disepakati oleh Ulama'yang menghalang sahnya qurban iaitu berdasarkan hadis riwayat Barra' bin Azib iaitu sabda Rasullah Sallahallahu 'Alaihi Wasallam: Maksudnya :
Daripada hadith di atas Ulama' telah mengqiaskan kepada kecacatan yang seumpamanya atau lebih teruk daripada kecacatan tersebut. Ia dapat diringkaskan seperti berikut:
1. Tiada atau terpotong telinga ataupun lidahnya walaupun sedikit begitu juga yang terpotong ekornya.
2. Gila
3. Berkudis walaupun sedikit.
4. Haiwan yang baru melahirkan anak atau yang bunting.
5. Tersangat kurus.
6. Buta sebelah mata atau kedua-duanya.
7. Berpenyakit
8. Tersangat tempang
Haiwan yang tiada ekor, tiada gigi atau patah setengah giginya, tiada zakar, haiwan yang dikasi zakarnya boleh dijadikan binatang qurban.
Makruh mengorbankan haiwan yang tidak bertanduk atau patah tanduknya begitu juga haiwan yang terbelah atau bertebuk telinganya.
KEHARUSAN BERKONGSI HAIWAN QURBAN
Seekor unta, lembu atau kerbau itu harus dikongsi oleh tujuh orang sama ada dari keluarga yang sama atau yang lain walaupun tidak semuanya bermaksud qurban, misalnya ada antaranya bermaksud aqiqah dan yang lainnya kerana mahukan dagingnya sahaja.
WAKTU PELAKSANAAN IBADAH QURBAN
- Bermula daripada terbit matahari pada Hari Nahr (10 Zulhijjah)
- Waktu yang afdhal melakukannya ialah ketika matahari telah naik sekadar 7 kaki dari ufuk.
- Berkekalan waktu qurban ini sehingga terbenam matahari pada 13 Zulhijjah.
ORANG YANG MENYEMBELIH BINATANG QURBAN
Para ualama menganjurkan agar yang melakukan penyembelihan afalah orang yang berqurban itu sendiri, sekiranya dia pandai menyembelih. Tetapi mereka juga sependapat mengatakan harus mewakilkannya kepada orang lain. Afdhalnya wakil itu adalah orang Islam yang mengetahui akan hukum-hakam mengenai korban.
Adalah afdhal orang yang tidak pandai menyembelih berwakil kepada orang lain untuk menyembelih bagi pihak dirinya dan sunat bagi orang yang berwakil itu hadir dan menyaksikan penyembelihan ke atas binatang qurban tersebut.
Makruh hukumnya mewakilkan qurban kepada kanak-kanak atau orang buta
NIAT IBADAH QURBAN
Tidak memadai jika seseorang itu hanya membeli binatang dengan niat hendak diqurbankan tanpa dilafazkan niat itu.
Disyaratkan berniat ketika menyembelih binatang qurban jika dilakukan sendiri. Adalah memadai jika orang yang berwakil itu berniat ketika wakilnya menyembelih korban berkenaan dengan disaksikan oleh orang yang berwakil tadi.
Walaubagaimanapun adalah lebih baik orang berwakil itu, ketika menyerahkan korban, menyuruh wakilnya berniat bagi pihak dirinya ketika dia menyembelih korban tersebut.
Tidak disyaratkan niat jika melakukan qurban nazar.
HUKUM QURBAN BAGI PIHAK ORANG LAIN
Tidak sah menyembelih korban bagi pihak orang lain yang hidup dengan tiada izinnya.
Begitu juga bagi pihak orang yang telah mati dengan tiada wasiat atau pesanan daripadanya.
Apabila qurban itu dilakukan kerana wasiat simati maka wajib disedekahkan kesemuanya.
PERKARA-PERKARA SUNAT KETIKA QURBAN
Apabila menjelang 10 Zulhijjah, tidak digalakkan empunya qurban memotong rambut dan kukunya sehingga dia melaksanakan ibadah qurban.
Semasa menyembelih binatang qurban disunatkan :
1. Membaca Bismillahirrohmanirrahim
2. Berselawat ke atas Nabi Sallallahu 'Alaihi Wasallam.
3. Menghadapkan binatang itu ke arah kiblat di atas rusuk kirinya.
4. Bertakbir sebelum membaca Bismilah dan selepasnya.
5. Membaca doa : Maksudnya: "Ini adalah nikmat daripada Mu dan aku mendekatkan diri kepadaMu dengannya."
6. Sebaik-baiknya ibadah qurban ini dilaksanakan sendiri tetapi harus diwakilkan kepada orang lain.
NIAT IBADAH QURBAN DAN PERKARA SUNAT KETIKA QURBAN
Qurban Wajib dan Qurban Nazar
Qurban Sunat
Jika daging korban itu ialah korban disebabkan wasiat dari seorang yang telah meninggal dunia, maka tidak boleh dimakan dagingnya oleh orang yang membuat korban untuknya dan tidak boleh dihadiahkan kepada orang kaya kecuali ada izinnya.
Haram menyedekah atau menghadiahkan daging korban kepada orang kafir walaupun sedikit.
Tidak harus memindahkan daging qurban ke daerah lain sebagaimana dalam hukum zakat.
Haram ke atas orang yang melaksanakan korban atau warisnya menjual daging korban itu atau kulitnya atau bulunya atau sesuatu daripada binatang korban itu sebagaimana sabda Rasullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam : Maksudnya:"Siapa yang menjual kulit korban (udhiyyah) itu maka tiada dikira korban baginya." (Hadis riwayat al-Hakim)
Haram menjadikan kulit dan daging binatang korban itu sebagai upah kepada penyembelih, tetapi harus diberikan kepadanya dengan jalan sedekah atau hadiah.
Kurban wajib bagi orang yang mampu atau berkecukupan tapi bila tidak melaksanakan kurban, Nabi Muhammad SAW mengingatkan : "Barang siapa yang sudah mampu dan mempunyai kesanggupan tapi tidak berkurban, maka dia jangan dekat-dekat kemushallahku." Hadis tersebut merupakan sindiran bagi orang-orang yang mampu dan banyak harta tapi tidak mau berkurban.
Sejarah qurban itu dibagi menjadi tiga, yaitu : zaman Nabi Adam As; zaman Nabi Ibrahim As; dan pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Pertama pada zaman Nabi Adam As. Qurban dilaksanakan oleh putra-putranya yaitu bernama Qabil dan Habil. Kekayaan yang dimiliki oleh Qabil mewakili kelompok petani, sedang Habil mewakili kelompok peternak. Saat itu sudah mulai ada perintah, siapa yang memiliki harta banyak maka sebagian hartanya dikeluarkan untuk qurban.
Sebagai petani si Qabil mengeluarkan kurbannya dari hasil pertaniannya dan sebagai peternak si Habil mengeluarkan hewan-hewan peliharaanya untuk kurban, untuk siapa semua itu diqurbankan, padahal waktu itu manusia belum banyak. Diterangkan dalam sejarah, harta yang diqurbankan itu disimpan di suatu tempat yaitu di Padang Arafah yang sekarang menjadi napak tilas bagi para jemaah haji.
Baik buah-buahan yang diqurbankan si Qabil maupun hewan ternak yang diqurbankan si Habil, dari kedua orang tersebut mempunyai sifat berbeda. Si Habil mengeluarkan hewan diqurbankan dengan tulus ikhlas. Dipilih hewan yang gemuk dan sehat, dan dia taat terhadap petunjuk ayahnya Nabi Adam.Berbeda dengan si Qabil, Dia memilih buah-buahan yang jelek-jelek dan sudah afkiran.
Ketika keduanya melaksanakan qurban, ternyata yang habis adalah qurban yang dikeluarkan oleh si Habil sementara buah-buahan yang dikeluarkan si Qabil tetap utuh, tidak berkurang. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 27 : "Ceritakan kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari meraka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), Ia berkata : "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil " Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa".
Kurban si Habil di terima Allah SWT karena dia mengeluarkan sebagian hartanya yang bagus-bagus dan dikeluarkan dengan tulus dan ikhlas. Sementara si Qabil mengeluarkan sebagian harta yang jelek-jelek dan terpaksa. Oleh karena kurban tidak diterima Allah. Akhirnya si Qabil menaruh dendam kepada si Habil. Berawal dari perebutan calon istrinya, dimana peraturan waktu itu dengan sistem silang.
Kedua, pada zaman Nabi Ibrahim As. Dikisahkan dalam Al-Qur'an surat Ash-Shafaat ayat 100-111 yang menceritakan mengenai qurban dan pengorbanan. Ketika Nabi Ibrahim berusia 100 tahun beliau belum juga dikaruniai putra oleh Allah dan beliau selalu berdoa: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang saleh" (Q.S>37:100)
Kemudian dari istrinya yang kedua yakni Siti Hajar yang dinikahinya ketika Nabi Ibrahim mengadakan silaturahmi ke Mesir (setiap kedatangan pembesar diberi hadiah seorang istri yang cantik oleh pembesar Mesir).Dari Siti Hajar lahirlah seorang putra yang kemudian diberi nama Islam, ia lahir di tengah-tengah padang pasir yang disebut. Bahkan kemudian dikenal dengan Mekkah.
Pada saat Nabi Ibrahim diberi petunjuk oleh Allah, agar meninggalkan istrinya Siti Hajar dengan seorang putranya yang dari lahir dan ia disuruh menemui istrinya yang pertamanya yakni Siti Sarah yang berada di Yerussalem kota tempat Masjidil Agsho. Beliau meninggalkan beberapa potong roti dan sebuah guci besiris air untuk Siti Hajar dan Ismail.
Pada waktu Siti Hajar kehabisan makanan dan air, ia melihat disebelah timur ada air yang ternyata adalah fatamorgana yaitu di Bukit Sofa. Di situ Ismail ditinggalkan dan Siti Hajar naik Kebukit Marwah serta kembali ke Sofa sampai berulang tujuh kali, tapi tidak juga mendapatkan air sampai ai kembali ke Bukit Marwah yang terakhir. Ia merasa khawatir terhadap anaknya barangkali Ismail kehausan dilihat kaki Ismail bergerak-gerak diatas tanah dan tiba-tiba keluar air dari dalam tanah. Siti Hajar berlari kebawah sambil berteriak kegirangan :"zami-zami?" itulah kemudian
menjadi sumur Zam-Zam itulah kemudian menjadi sumur Zam-zam. Di situlah Siti Hajar dan Nabi Ismail di padang pasir yang kering kerontang yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim dan ditempat itulah Allah SWT. Menetapkan sebagai tempat ibadah haji.
Allah SWT, berfirman dalam surat Al-Hajj : 27 : "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan Haji, niscaya akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai onta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh".
Memang sudah disiapkan oleh Allah, disana tidak ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada gunung berapi yang menyebabkan ada sumber kehidupan tapi atas kehendak Allah maka jadilah sumur "Zam-zam"."Nabi Ismail ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim yang berada di Yerusalem sampai Nabi Ismail menjelang remaja. Kemudian di Yerusalem ternyata Siti Sarah hamil yang melahirkan seorang putra yang diberi nama Iskhak. Nabi Ibrahim diperintahkan lagi oleh Allah untuk kembali ke Mekkah untuk menengok istri dan anaknya yang pertama yaitu Nabi Ismail, yang rupanya sudah mulai besar. Dalam suatu riwayat kira-kira berusia 6-7 tahun. Sejak dilahirkan sampai besar itu Nabi Ismail menjadi kesayangan. Tiba-tiba Allah memberi ujian kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam surat Ash Shaffaat : 102 : "Maka tatkala sampai (pada usia sanggup atau cukup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata : Hai anakku aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pemdapatmu " Ia menjawab: "hai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Asbabun Nujul atau latar belakang sejarahnya ketika nabi Ibrahim bermimpi (ruyal Haq). Dalam impiannya ia mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi Ismail dan sampai di Mina beliau menginap, beliau mimpi yang sama. Demikian juga ketika di Arafah malamnya di Mina, masih bermimpi yang sama juga. Betapa ujian Berat kepada Nabi Ibrahim as. Supaya menyembelih putra kesayangannya. Itulah yang dijelaskan dalam surat Ash-Shaffaat ayat 102.
Setelah terjadi dialog dengan putranya. Ibrahim mengajak putranya Nabi Ismail, kira-kira antara ratusan meter dari tempat tinggalnya (Minah), baru lebih kurang 70-80 meter berjalan, setan menggoda istrinya Siti Hajar: "Ya Hajar! Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail yang sedang tumbuh dan menggemaskan itu?". Akhirnya Siti Hajar, sambil berteriak-teriak: "Ya Ibrahim, ya Ibrahim mau dikemanakan anakku?" Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT, ditempat itulah dimana pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah bagi jemaah haji disuruh melempar batu dengan membaca : Bismillahi Allahu Akbar. Hal tersebut mengandung arti bahwa kita melempar setan atau sifat-sifat setan yang ada di dalam diri kita. Akhirnya tibalah mereka di Jabal Qurban kira-kira 200 meter dari tempat tinggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sebagaimana di firmankan oleh Allah didalam surat ASH-Shaffaat ayat 103-107: "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik". Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar ".
Dan yang ketiga, dalam Zaman Nabi Muhammad SAW. Masalah kurban diceritakan kembali yaitu di dalam surat Al-Kautsar ayat 1-3 "Se-sungguhnya Kami telah memberikan kepadanya nikmat yang banyak, Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu, dan Berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus".
Berbicara tentang kenikmatan, Allah mengingatkan: "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tiadalah dapat kamu mengitungnya" (QS:Ibrahim: 34). Oleh karena itu berkaitan dengan ibadah kurban yang sudah ada sejak Nabi Adam, Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad Saw. Allah berfirman: "Dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah", Sholat merupakan hubungan vertikal dengan Allah untuk mensyukuri nikmat Allah. Hubungan antara sesama manusia secara horisontal diwujudkan bahwa setelah shalat Idul Adha yaitu dengan berkurban memotong hewan ternak berupa kambing atau sapi untuk dibagikan kepada fakir miskin.
Kita biasanya serius ketika beribadah langsung dengan Allah tapi kadang-kadang ibadah sesama manusia seringkali kurang serius. Allah SWT mengingatkan dalam surat Al-MaaHuun ayat 1-7 : "Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan ) barang berguna".
Qurban ini merupakan masalah ubudiyah yang bersifat sosial yang berhubungan dengan sesama manusia dengan cara mengorbankan sebagian harta.
Maka qurban secara lughatan bahasa dengan berdasarkan pada surat Al-Maidah ayat 27 "Qurban" berarti mendekatkan diri kepada Allah SWT, untuk mendapatkan ridho serta mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT (surat Al-Kaustar) dengan memotong hewan kurban, adalah untuk mendeka
tkan diri kepada Allah SWT. Memotong hewan kurban; unta, sapi, kerbau, dan kambing, dengan tujuan taqwa kepada Allah. Ditegaskan dalam surat Al-Hajj : 37 : "daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridlaan) Allah tapi ketaqwaan dari pada kamulah yang dapat mencapainya".
Waktu berkurban dimulai sejak tanggal 10 sampai dengan 13 Dzulhijjah. Masa memotong qurban pada tanggal 10 disebut "Yaumul nahar"yaitu hari untuk menyembelih kurban. Sedangkan tanggal 11, 12, 13 dinamakan "yaumul tsyriq" Di luar waktu tersebut bila kita memotong hewan dinamakan sedekah. Maka kalu niatnya berkurban harus dilakukan padan waktu-waktu tersebut, yakni pada tanggal 10,11,12, dan 13 Dzulhijjah.
Hukumnya berkurban ada dua pendapat: Petama, wajib bagi orang yag mampu (kalau dibelikan kambing tidak akan mengurangi kewajiban memberi nafkah kepada keluarga). Menurut Mazhab di luar Syarii hukumnya sunnah mu’akadah. Adapun diwajibkan secara mutlak yaitu kurban yang disebut Nadzar yang seseorang yang sudah meniatkan untuk memotong hewan apabila niatnya terkabul.Dasar kewajiban ibadah kurban juga berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW: "Barang siapa mempunyai kesanggupan dan kemampuan (untuk berqurban) tapi tidak mau berqurban maka janganlah dia mendekati Musholla kami".
Hadis ini merupakan suatu kritikan yang seolah-olah Nabi Muhammad SAW berkata: "Kenapa kamu beribadah kepada Allah begitu tekun, tapi kenapa kamu tidak mau berqurban padahal kamu memiliki harta yang berlebihan". Oleh karena itulah bagi yang mampu hukumnya wajib untuk berqurban yakinlah bahwa apabila kita berqurban tidak akan mengurangi kekayaan kita dan tidak akan membuat kita menjadi miskin.
Adapun binatang yang boleh untuk berqurban adalah unta, sapi, kerbau, dan kambing. Kalau tidak mampu, memang tidak wajib. Diriwayatkan ada seorang sahabat yang miskin yang tidak sanggup membeli seekor kambing, oleh karena itu dibolehkan hanya membeli dagingnya saja untuk berqurban, tapi yang riel berqurban wujudnya memang seekor binatang sebagaimana tersebut diatas.
Daging kurban boleh dibagikan kepada tiga asnap menurut syariat. Boleh dimakan sekeluarga sendiri paling banyak 1/3 bagian, 1/3 bagian lagi untuk fakir miskin dan 1/3 bagian lagi untuk handai tolan dan kenalan. Boleh juga secara keseluruhan diserahkan kepada panitia dan terserah panitia yang membagikannya. Bila hanya minta pahanya saja bagi berqurban masih diperbolehkan asal bukan qurban nadzar.
Apa hikma ibadah kurban? Hikmahnya antara lain menggembirakan fakir-miskin. Sebab tidak semua orang mampu makan dengan daging walau adanya di kota besar, masih banyak kawan kita, saudara kita, tetangga kita yang makan daging sebulan sekali. Sehari-harinya hanya makan alakadarnya. Maka dianjurkan sekali bagi orang yang mampu untuk berqurban dengan niat ikhlas kelak dikemudian hari akan mengantarkan kita menuju surga yaitu binatang yang telah kita kurbankan, yang merupakan wujud amal salehnya.
Dalam hadis yang lain nabi Muhammad SAW bersabda : "Tiap-tiap rambut yang dikurbankan adalah merupakan "Khair". Ungkapan "Khair" ini mengandung arti keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, kemurahan Allah dan kalau orang sudah mendapatkan khairat maka berarti dia telah memperoleh segala-galanya dari Allah. Itulah hikmah daripada ibadah qurban. Wallaahu 'alam bish-showab
Selasa, 1 Disember 2009
Peristiwa Bersejarah di Negeri Kedah (1904-1990)
KEDAH JUARA PIALA MALAYSIA 1990
Pasukan bola sepak Kedah di bawah bimbingan jurulatih Milous Kvacek dan pengurus pasukan Allahyarham Dato' Ahmad Basri Mohd Akil
Perasaan berdebar-debar para penyokong Kedah pada peringkat permulaan meledak penuh gembira apabila gol pertama dijaringkan oleh V. Sundram Moorthy pada minit ke-44. Gol tersebut diperolehi daripada hantaran Rincic Bratislav dari sebelah kiri kawasan Singapura kepada Husin Jaafar. Husin menanduknya ke dalam kawasan penalti terus kepada Sundram Moorthy yang lantas merembatnya ke gawang Singapura. David Lee tidak dapat berbuat apa-apa. Penyokong-penyokong Kedah bersorak keriangan dalam keadaan hujan yang mulai renyai. Harapan membawa pulang Piala Malaysia sudah terbayang.
Separuh masa pertama yang penuh dengan aksi cemas dan mendebarkan berakhir dengan Kedah mendahului Singapura satu gol kosong.
Menariknya dalam separuh masa pertama itu ialah selama hampir setengah jam penjaga gol kedua-dua pasukan sedikit pun tidak menerima cubaan yang mencemaskan. Ini kerana semua tendangan sudut, tendangan silang dan tendangan bebas berjaya dihalang oleh barisan pertahanan masing-masing.
Penyerang utama Singapura iaitu Abbas Saad dan Alistair Edwards jarang dapat menembusi barisan pertahanan Kedah. Selama 72 minit, Kedah masih dapat mempertahankan kedudukannya. Namun, pada minit ke-73 Singapura berjaya menyamakan kedudukan melalui jaringan Alistair Edwards. Gol tersebut diperolehi daripada tendangan bebas oleh Hasnim Haron yang ditanduk masuk ke dalam gol oleh Alistair Edwards. Kali ini giliran penyokong-penyokong Singapura pula yang melonjak kegirangan sementara penyokong Kedah diam kerana kecewa. Namun, penyokong Kedah tidak menunggu lama kerana setelah tiga minit separuh masa pertama masa tambahan dimulakan, Ng Chew Beng menyumbat bola ke sudut kanan pintu gol Singapura hasil daripada tendangan percuma. Singapura terus mengasak dan cuba mendekatkan jurang gol tetapi apabila Romli Ghani yang menggantikan Chan Keat Swee yang diusung keluar kerana cedera, menjaringkan gol ketiga bagi Kedah setelah menerima hantaran sudut dari Aziz Azizan, dengan itu terkuburlah harapan Singapura untuk menjadi juara. Detik itu, pertama kalinya selepas 50 tahun Piala Malaysia menjadi milik Kedah lantas mencatat sejarah dalam perkembangan bola sepak Kedah.
Dicatat oleh PEKAN NAKA di 8:23 PG 0 ulasan
Label: SUKAN - BOLA SEPAK
Isnin, 30 November 2009
Dicatat oleh PEKAN NAKA di 10:09 PG 0 ulasan
Label: SELAMAT HARI RAYA EIDUL ADHA
Jumaat, 27 November 2009
WAN SENU BIN WAN MAHMUD
Kenalan, rakan-rakan, sahabat handai, anak murid, teman seperjuangan, teman seperguruan beliau yang masih mengingatinya..
Silalah kunjungi/lawat ke rumah beliau di Pekan Naka.
Sedikit info tentang beliau
Berasal dari Kampung Pokok Pauh, Kubor Panjang, Kedah
Anak seorang guru besar
Berpasangan (Isteri) dengan Selasiah binti Lateh (Tok Lateh)
Berkhidmat sebagai guru - antara sekolah yang pernah beliau berkhidmat ialah SMK Tunku Malek, Alor Merah, SMK Naka, SK Nami (1988-1994) dan SK Kampung Bendang Raja.
Berpindah dari Taman Uda pada tahun 1981 ke Naka. Pada awalnya menyewa rumah Kamis bin Razak sebelum berpindah ke rumah mentuanya di 62, Pekan Naka.
Sebagai aktivis politik UMNO.. beliau banyak memberi sumbangan dan khidmat baktinya kepada masyarakat.
Kebelangsungan pembangunan di Pekan Naka adalah sedikit sebanyak hasil buah fikiran dan titik peluh beliau.
JASAMU JADI KENANGAN
BAKTIMU DINIKMATI
Semoga beliau sentiasa dirahmati Allah s.w.t.
Khamis, 26 November 2009
Mengelau
"Mengelau" merupakan satu cara mengail ikan haruan dengan mengoncat atau menggedik umpan di atas permukaan air di tebing-tebing sungai sambil berjalan perlahan-lahan. Ikan haruan yang marah pada mangsanya akan menyambar umpan tersebut. Ikan haruan yang menjadi kegemaran pengail ialah yang membawa anak. Ibu haruan biasanya besar seberat satu kilo yang membawa anak.
Bok "mengelau" selalunya dibuat daripada buluh yang agak panjang. Hujungnya disalai dengan api dan dilentur seakan-akan huruf separa "U". Ia menggunakan tali yang dipintal atau perambut di hujungnya dengan mata kail yang agak besar yang boleh dibeli atau dibentuk sendiri.
Umpan yang digunakan ialah seekor katak minyak atau anak ayam. Anak ayam digunakan bagi mengacah anak-anak haruan supaya bertempiaran. Ibu haruan yang marah anaknya diusik akan menyambar anak ayam tersebut lalu membawa padahnya di mata kail.
Biasanya aktiviti "mengelau" dilakukan pada waktu malam ataupun hampir pagi. Waktu ini dikatakan "masa ikan tengah galak" atau lapar. Setelah bakul atau raga penuh diisi, pengail akan pulang dengan penuh kepuasan.
Teringat dulu .. seorang dari Kampung Gajah Mati mengayuh basikal ke batu 27 untuk mengelau. Dia (Cu Bu) akan singgah dirumah anaknya di Kampong Padang Kerasak. Setelah siap segala kelengkapannya ia akan pergi mengelau di katok-katok air di kawasan Bukit Lesung (Ladang Tebu I Div). Hasil yang dia dapat memang lumayan. Kadang-kadang boleh buat kenduri. Rakan baiknya waktu itu ialah Awang Boto (gelaran .. sebab alif, bo, to). Kedua-duanya dah kembali rahmatullah ... Al-fatihah.
Dicatat oleh PEKAN NAKA di 7:21 PG 0 ulasan
Label: SENI-WARISAN-BUDAYA